Dunia bawah laut sungguh penuh warna, tempat ikan-ikan kecil berlindung dan biota laut saling berinteraksi menciptakan kehidupan yang harmonis. Terumbu karang adalah salah satu ekosistem paling penting dan indah di dunia. Namun, keindahan ini kini berada dalam ancaman besar. Dengan luasnya yang hanya mencakup kurang dari 1% permukaan laut, terumbu karang mendukung sekitar 25% kehidupan laut dunia.
Tapi, apakah kamu tahu bahwa tidak semua terumbu karang itu sama? Tahukah pula kamu bahwa terumbu karang itu sesungguhnya adalah makhluk hidup hewani dan bukan tumbuhan? Pada artikel ini, kita akan mempelajari jenis-jenis terumbu karang, keunikan masing-masing, serta ancaman yang harus kita atasi demi melindungi kekayaan laut dan bumi kita tercinta ini.

Apa itu Terumbu Karang?
Terumbu karang (coral reefs) sering kali disalahartikan sebagai tanaman atau batu laut. Padahal kenyataannya, mereka adalah kumpulan makhluk hidup. Terumbu karang dibangun oleh koloni karang/koral (coral), yaitu hewan invertebrata kecil yang disebut polip. Setiap polip memiliki tubuh lunak yang dikelilingi tentakel, dan bersama-sama mereka membuat koloni besar yang terlihat seperti batu berwarna-warni di dasar laut.
Koral atau karang termasuk dalam kelas Anthozoa dan filum Cnidaria, keluarga yang sama dengan ubur-ubur dan anemon laut. Meskipun terlihat diam, koral sebenarnya aktif membangun rumah mereka dengan mensekresikan kalsium karbonat yang membentuk kerangka keras. Kerangka inilah yang kemudian menjadi dasar bagi ekosistem yang kita sebut terumbu karang.
Penting untuk membedakan antara karang sebagai hewan individu dan terumbu karang sebagai ekosistem. Karang adalah unit kecil berupa polip yang hidup berdampingan dan bekerja sama membentuk koloni. Sementara itu, terumbu karang adalah struktur besar yang menjadi rumah bagi berbagai spesies laut lainnya, seperti ikan, moluska, dan bahkan alga.
Dalam ekosistem yang kompleks ini, setiap elemen saling mendukung, menciptakan keindahan bawah laut yang kita kenal. Pada bagian selanjutnya, kita akan membahas lebih dalam tentang dua jenis utama koral yang menjadi fondasi bagi keberadaan terumbu karang: karang keras dan karang lunak.

Jenis Utama Karang: Karang Keras dan Karang Lunak
Jenis-jenis terumbu karang dibangun oleh dua jenis utama koral, yaitu karang keras dan karang lunak. Meski sama-sama berasal dari koloni polip kecil, kedua jenis koral ini memiliki peran dan karakteristik yang berbeda dalam ekosistem bawah laut.
Karang Keras (Hard Coral)
Karang keras, sering disebut sebagai karang pembentuk terumbu (reef-building corals) adalah fondasi utama dari ekosistem terumbu karang. Jenis karang ini membentuk kerangka keras dari kalsium karbonat, menciptakan struktur batuan yang kokoh. Kerangka ini menyediakan tempat bagi bayi koral untuk menetap dan tumbuh, serta menjadi rumah bagi berbagai makhluk laut lainnya.
Karang keras, seperti elkhorn atau staghorn, memiliki polip dengan jumlah tentakel yang selalu kelipatan enam. Koloni karang keras tumbuh perlahan tetapi stabil, membangun terumbu karang selama ribuan hingga jutaan tahun. Keberadaan mereka sangat bergantung pada hubungan simbiosis dengan alga kecil yang disebut zooxanthellae. Alga ini hidup di dalam jaringan koral dan membantu menyediakan energi melalui fotosintesis, sementara koral memberikan perlindungan dan nutrisi untuk alga.
Karang Lunak (Soft Coral)
Karang lunak berbeda dari karang keras karena tidak memiliki kerangka kaku. Sebagai gantinya, mereka memiliki jaringan yang lebih fleksibel dan sering kali diperkuat dengan elemen kecil yang disebut sklerit. Hal ini membuat karang lunak tampak lebih menyerupai tanaman laut, dengan bentuk seperti kipas, pohon, atau cambuk laut.
Karang lunak, seperti sea fingers dan sea whips, tidak terlibat dalam pembentukan terumbu. Polip pada karang lunak selalu memiliki delapan tentakel dengan bentuk bercabang yang khas, memberikan tampilan seperti bulu. Meski tidak membangun terumbu, mereka tetap berperan penting dalam keanekaragaman hayati laut, menyediakan tempat tinggal dan perlindungan bagi berbagai organisme.
Dengan memahami perbedaan mendasar antara karang keras dan karang lunak, kita dapat lebih menghargai kompleksitas ekosistem terumbu karang. Pada bagian berikutnya, kita akan menjelajahi lebih lanjut berbagai jenis terumbu karang dan keunikannya di seluruh dunia.
Jenis-Jenis Terumbu Karang
Nah, untuk bagian yang paling ditunggu-tunggu. Indonesia dikenal sebagai pusat keanekaragaman hayati laut dunia, termasuk keanekaragaman jenis-jenis terumbu karangnya. Berikut adalah jenis-jenis terumbu karang yang dapat ditemukan di perairan Indonesia.
1. Karang Tanduk Rusa (Staghorn Coral)

- Nama Ilmiah: Acropora cervicornis
- Jenis: Karang keras, bercabang
- Habitat: Umumnya ditemukan di perairan dangkal pada kedalaman 4,6–18 meter.
- Ciri-Ciri: Bentuknya menyerupai tanduk rusa dengan cabang-cabang yang runcing dan tekstur unik. Karang ini membentuk taman karang yang padat dan berfungsi sebagai tempat tinggal berbagai spesies laut.
- Ancaman: Rentan terhadap pemutihan karang akibat perubahan iklim.
- Status Konservasi: Kritis (Critically Endangered)
2. Karang Daun Selada (Lettuce Leaf Coral)

- Nama Ilmiah: Agaricia agaricites
- Jenis: Karang keras, bercabang
- Habitat: Hidup di perairan dangkal hingga kedalaman 20 meter.
- Ciri-Ciri: Memiliki bentuk menyerupai daun selada dengan tepi yang berkerut seperti kol besar. Karang ini berwarna kekuningan, cokelat, atau hijau.
- Status Konservasi: Tidak Terancam (Least Concern)
3. Karang Cengkeh (Carnation Coral)

- Nama Ilmiah: Dendronephthya
- Jenis: Karang lunak, bercabang
- Habitat: Tumbuh di dinding karang atau bawah batu karang pada kedalaman 10–50 meter di wilayah Samudra Hindia dan Pasifik Barat.
- Ciri-Ciri: Memiliki cabang berwarna putih mutiara dengan kepala berbentuk seperti bunga cengkeh dalam warna merah muda, merah, kuning, atau oranye.
- Status Konservasi: Tidak Diketahui (Unknown)
4. Karang Gelembung (Bubble Coral)

- Nama Ilmiah: Plerogyra sinuosa
- Jenis: Karang keras
- Habitat: Biasanya ditemukan di perairan terlindung pada kedalaman 3–35 meter.
- Ciri-Ciri: Polipnya berbentuk seperti gelembung atau anggur kecil. Pada malam hari, gelembung ini mengempis, dan tentakelnya keluar untuk mencari makan.
- Status Konservasi: Mendekati Terancam (Near Threatened)
5. Karang Organ Pipa (Organ Pipe Coral)

- Nama Ilmiah: Tubipora musica
- Jenis: Karang lunak
- Habitat: Hidup di perairan dangkal yang terlindung pada kedalaman 2–20 meter.
- Ciri-Ciri: Memiliki kerangka keras dengan struktur seperti pipa organ, dengan tentakel berbulu yang membuka dan menutup secara serentak.
- Status Konservasi: Mendekati Terancam (Near Threatened)
6. Karang Otak Beralur (Grooved Brain Coral)

- Nama Ilmiah: Diploria labyrinthiformis
- Jenis: Karang keras
- Habitat: Ditemukan pada kedalaman 1–30 meter, di mana cahaya matahari masih dapat menembus.
- Ciri-Ciri: Bentuknya menyerupai otak manusia dengan alur yang dalam dan pola lipatan yang kompleks.
- Status Konservasi: Tidak Terancam (Least Concern)
7. Karang Jari (Branched Finger Coral)

- Nama Ilmiah: Porites furcata
- Jenis: Karang keras, bercabang
- Habitat: Hidup di terumbu karang dangkal hingga kedalaman 20 meter.
- Ciri-Ciri: Memiliki cabang-cabang tipis seperti jari manusia dengan warna kuning atau abu-abu kecoklatan.
- Status Konservasi: Tidak Terancam (Least Concern)
Ancaman Terhadap Terumbu Karang

Terumbu karang menghadapi berbagai ancaman serius baik dari faktor alam maupun aktivitas manusia. Data yang diambil dari berbagai sumber menunjukkan bahwa ancaman terhadap terumbu karang terus berkembang seiring dengan perubahan iklim dan aktivitas manusia yang tidak berkelanjutan.
1. Perubahan Iklim
Perubahan iklim global adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi kelangsungan hidup terumbu karang. Pemanasan global menyebabkan peningkatan suhu air laut yang dapat memicu keputihan karang (coral bleaching). Keputihan terjadi ketika karang mengeluarkan zooxanthellae, yaitu alga yang hidup dalam tubuh karang dan memberikan warna cerah. Tanpa alga ini, karang kehilangan sumber energi utama mereka dan menjadi lebih rentan terhadap stres lingkungan.
Kenaikan permukaan air laut dan pengasaman samudra (ocean acidification) juga merupakan dampak lain dari perubahan iklim yang berpotensi menghancurkan terumbu karang. Pengasaman laut mengurangi kemampuan karang untuk membentuk struktur keras mereka, sedangkan naiknya permukaan laut dapat mengubah lingkungan terumbu karang yang sensitif terhadap perubahan kedalaman air.
2. Aktivitas Manusia
Aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab memperburuk kondisi terumbu karang. Praktik-praktik seperti pencemaran air yang disebabkan oleh limbah industri, memancing dengan bahan peledak (blast fishing), penambangan karang, perusakan habitat (seperti membangun infrastruktur di atas terumbu karang) dan pembangunan massal yang bertempat di lautan adalah beberapa faktor yang berkontribusi langsung terhadap kerusakan terumbu karang. Di Indonesia dan negara-negara berkembang lainnya, praktik-praktik ini sering dilakukan tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap ekosistem laut.
Sebuah laporan dari Coral Reef Project oleh Pacific Coastal and Marine Science Centre pada Juni 2022 mengestimasi bahwa sekitar 30% dari terumbu karang di dunia akan mengalami kehancuran atau kerusakan serius dalam waktu 10 tahun ke depan. Ancaman ini semakin mendalam dengan peningkatan aktivitas pariwisata yang tidak terkelola dengan baik, yang dapat memicu penyebaran penyakit pada karang oleh turis atau kerusakan fisik dari aktivitas snorkeling dan diving yang tidak hati-hati.

3. Dampak Lokal dan Global
Ancaman lokal seperti perikanan yang tidak berkelanjutan, pencemaran plastik, penggunaan bahan kimia dalam sunscreen, dan praktik pariwisata air yang tidak berkelanjutan juga memberikan tekanan besar pada terumbu karang. Beberapa bahan kimia dalam sunscreen dapat memicu infeksi virus yang tertidur dalam zooxanthellae, sementara pencemaran plastik menyebabkan terperangkapnya organisme laut, termasuk karang. Pertumbuhan alga yang dipicu oleh pencemaran air juga dapat menghalangi cahaya matahari yang diperlukan oleh karang untuk bertahan hidup, meningkatkan risiko bleaching dan bahkan kematian karang.
Studi menunjukkan bahwa sekitar 10% dari terumbu karang dunia sudah mati, dan 60% lainnya berada dalam kondisi terancam akibat aktivitas manusia. Khususnya di Asia Tenggara, lebih dari 80% terumbu karang terancam, dengan banyak negara kini mulai menerapkan undang-undang lingkungan untuk melindungi karang. Meskipun demikian, ancaman dari perubahan iklim tetap menjadi tantangan yang lebih besar, dengan lebih dari 50% terumbu karang diperkirakan akan hancur pada tahun 2030 jika tidak ada upaya konservasi yang signifikan.
Upaya perlindungan dan konservasi yang melibatkan pengelolaan kawasan konservasi laut, pendidikan tentang pentingnya terumbu karang, dan perbaikan praktik pariwisata adalah langkah-langkah yang dapat diambil untuk menjaga kelestarian terumbu karang. Salah satu solusi yang ditemukan adalah pemusatan aktivitas pariwisata melalui platform lepas pantai yang terbukti dapat mengurangi penyebaran penyakit pada karang oleh turis.
Baca Juga: Manfaat Terumbu Karang bagi Perusahaan

Lindungi Karang Bersama Bumi Journey
Kerusakan terumbu karang yang terus berlanjut memerlukan perhatian serius, dan setiap individu maupun perusahaan memiliki peran dalam upaya pelestariannya. Salah satu cara untuk berkontribusi adalah dengan mengikuti program penanaman terumbu karang bersama Bumi Journey. Program ini memberi kesempatan untuk ikut serta dalam penanaman dan perawatan bibit karang di ekosistem lokal, membantu memulihkan keanekaragaman hayati laut yang penting dan mendukung upaya komunitas lokal dalam menjaga dan merawat terumbu karang.
Selain kontribusi langsung, perjalanan ini juga memberikan pengalaman edukatif yang mendalam. Kamu akan mempelajari tentang ekosistem laut, ancaman yang dihadapi terumbu karang, serta bagaimana setiap individu dapat berperan dalam solusi berkelanjutan. Tidak hanya individu, kegiatan ini dapat dilakukan oleh perusahaan dalam bentuk Company Outing ataupun CSR Trip, dan dapat dilakukan di Jakarta ataupun Bali.
Bergabung dalam program ini berarti kamu mendukung keberlanjutan terumbu karang, kehidupan laut, dan masyarakat setempat, sambil menikmati pengalaman yang tak terlupakan.
Ayo coral planting bersama Bumi Journey!
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Bumi Journey di sini